Wednesday, February 15, 2017

yang akan kurindukan dan andai papi sadar

Hidup itu memang unik.

tanpa kita sadari, kita sering sekali tidak 100% menjalani setiap aktivitas sehari-hari.

saat sedang menghabiskan waktu bersama keluarga, kita sibuk di medsos. saat orang tua mencoba mendekat dengan menanyakan beberapa pertanyaan, malah seringkali kita anggap mengganggu. kita malah terlalu asik update di path, upload foto di instagram, atau nonton video-video lucu di facebook.

tanpa 1 detik pun kita mencoba benar-benar berfikir bahwa orang tua semakin tua. dan suatu hari tanpa terasa sudah waktunya kita menikah dan meninggalkan rumah.

belakangan ini, saya suka mudah mellow. setiap saya pulang malam sejak awal bekerja, mama selalu telepon untuk menanyakan saya sedang dimana, mengapa belum pulang.

dulu saya kerap merasa terganggu apalagi saat terkadang pekerjaan harus selesai malam itu juga.

namun akhir-akhir ini, setiap mama telepon ketika saya belum juga pulang saat jam sudah menunjukan lewat 10 malam, saya suka berfikir di dalam hati. kelak saya akan merindukan saat-saat ini. kelak, tidak ada lagi mama yang menelepon saya saat saya belum pulang karena saya sudah punya keluarga kecil dan keluar dari rumah orang tua saya. untuk itu saya bertekad untuk menikmati momen-momen yang bisa dinikmati sebaik-baiknya.

lalu... tentu saja tidak ada post di blog ini yang tidak membahas papa saya. begitupun di post kali ini.

lagi saya katakan, hidup itu unik.

seandainya papa bisa mendengar ini sekarang, saya mau bilang ini.

"Halo papi. aku memimpikanmu 2 hari yang lalu. kau mulai sadar dan meski papi belum bisa apa2 selain sadar, aku menangis amat bahagia, kupeluk papi erat. lalu kemudian aku terbangun dan kusadari itu hanya mimpi. kucoba memejamkan mata lagi, dan mencoba menyambung mimpi sebelumnya, namun aku tak berhasil. akhirnya hanya bisa bersyukur dapat mimpi seperti itu.

papi, aku kangen. sudah hampir 6 bulan kita tidak ngobrol. tanggal 23 bulan ini tepat 6 bulan papi hilang kesadaran.

awalnya aku sering menangis. mungkin setiap hari. lalu menjadi seminggu sekali, dan lama-lama menjadi sebulan dua tiga kali. kini aku hanya menangis saat kurasa kangennya menusuk tulang, seperti saat ini.

di usiaku yang bertambah, aku sadar kelak aku akan meninggalkan rumah. tapi sekarang jika memikirkannya, kurasa ini berat. aku tak siap meninggalkan papi dan mami, apalagi jika papi belum sadar.

andai papi sadar dan aku bilang bahwa aku mau dirumah saja, tinggal sama kalian selamanya, papi pasti akan bilang aku bodoh dan kekanak-kanakan. aku tersenyum membayangkan papi bicara dengan nada dan gayamu yang biasa.

andai papi sadar, mungkin kalau papi tahu aku menangisi kondisi papi, papi juga akan memarahiku. mungkin papi akan bilang kenapa aku cengeng, dan mungkin papi akan malah menguatkan aku dengan cara papi itu. ya, menguatkan seperti saat papi baru masuk rumah sakit dan belum koma.

sampai kapan ya pi, harus begini?

doakan aku agar bisa bekerja dengan baik, untuk menopang papi dan mami. berikan aku restu agar selalu bisa memudahkan hidup kalian sama seperti papi yang dulu harus menopang 5 orang di dalam rumah

papi, aku kangen. semoga Tuhan tak pernah meninggalkan kita ya, pi."

No comments:

Post a Comment