Background: Papi strokenya penyumbatan di otak ya, lalu sejak koma, berubah ke status vegetatif, berubah ke status permanen vegetatif hingga akhirnya perjuangannya selesai, ini adalah terapi-terapi yang kami berikan ke papi.
1. Fisioterapi
Wajib sekali karena papi ngga bisa bangun, jalan, bergerak sendiri jadi perlu difisioterapi agar setidaknya bisa bergerak meskipun otot2nya akan tetap mengecil. Lama-kelamaan kami beli alat fisioterapi sendiri merk Beurer (lampu terapi infrared) untuk menghangatkan tubuhnya dan paru2nya yang terlalu lama berbaring, dan juga Tens simulator otot yg berupa 4 pads yang ditempel ke badan dan devicenya untuk mengatur getaran.
2. Pijat tradisional
Pijat dengan berbagai metode mulai dari yang pakai tangan, pakai alat seperti koin, alat seperti ulekan dan masih banyak lagi. Waktu itu kita berusaha untuk membuat papi sadar
3. Angong Niu Huang Wan
Obat cina yang katanya sangat bagus untuk penderita stroke penyumbatan, namun saat itu obatnya sangat langka dan sangat mahal. 1 pil harganya 2.2 juta dan belum tentu bisa beli karena jarang ada yang jual. Hati-hati barang palsunya banyak. Waktu itu saya beli di toko obat Mandjur. Obat ini kurang berguna untuk papi yang kondisinya sudah terlanjut vegetatif
4. Terapi infus
Papi dibawa ke dokter Halimin dan dokter Lazuardi untuk diinfus disana. Banyak pasien stroke lainnya disana tapi hanya papi yang kondisinya vegetatif, dan papi masih tergolong salah satu yang paling muda saat itu. Terapi infus ini satu-satunya terapi yang dilakukan di luar rumah dan memerlukan ambulans
5. Akupuntur
Ini juga sudah dicoba dengan membawa praktisi akupuntur ke rumah
6. Orang pintar
Saya akan menceritakan pengalaman dengan orang pintar ini dengan cukup panjang di bawah. Perhatian sebelumnya: ini pengalaman pribadi dan tidak ada maksud untuk menggiring opini kemanapun, hanya dari sudut pandang saya sebagai anak yang orang tuanya sakit parah dan tidak sadar.
Jadi kami sudah coba datang ke orang pintar dengan berbagai latar belakang dan agama.
Ada yang orang pintarnya datang ke rumah setiap minggu, ada juga kami datang ke orang pintar dimanapun itu untuk menanyakan papi.
Oh ya, kami juga tetap berdoa kepada Tuhan, setiap hari, sebanyak mungkin setiap hari kami selalu melibatkan Tuhan di tengah-tengah kami. Namun saya juga mau jujur kalau tidak setiap hari kami bisa tabah, apalagi kalau sudah menjalaninya sendiri. Tidak enak hidup di tengah ketidakpastian.
Orang pintar versi orang chinese:
Semua orang pintar: Rohnya papi udah hilang 1, udah jauh, itu yang bikin beliau ngga sadar.
Versi 1: Papi kamu mau balik tapi nggak bisa, badannya terlalu sakit (otaknya sudah rusak kan memang)
Versi 2: Bakar2 hio dan kertas2 di kamar papi maupun di garasi rumah
Versi 3: Ini papi udah mau pergi tapi masih ada yang diberatin (ade saya masih sekolah waktu itu)
Versi 4: Papi kamu ada yang jahatin
Orang pintar versi non chinese:
Versi 1: saya yakin bisa sembuh ini bapak kamu, lagi saya terawang dan saya sudah koneksi sama papi melalui batin. tapi kalian harus sabar
Versi 2: memang sulit tapi selalu ada harapan (klise banget ya!)
Versi 3: *Orang ini ceritanya jadi perantara antara saya dan papi, dimana ceritanya roh papi dimasukkan ke badan dia buat ngomong ke kita. Dia nangis2, saya waktu itu bingung harus bersikap apa karena ngga percaya. Saya tuh bukan orang yang skeptis loh, tapi saat itu saya tau dia bohong*
Nah, mengenai orang pintar ini, 1 tahun pertama kita selalu menanyakan kapan papi sembuh. Tapi setelah 1 tahun kita sadar kalau emang sakit kayak papi gak mungkin sembuh karena kerusakan otak itu permanen. Jadi doa kita berubah supaya papi diberikan jalan yang terbaik, kalau Tuhan menghendaki papi berpulang maka kami rela.
Meskipun begitu, papi ngga langsung pergi juga dan kami sekeluarga harus menyeimbangkan kesedihan, rasa sesek di dada kalo ngeliat papi setiap hari makin kurus. Jam tangannya yang kupakaikan ke tangannya jadi sangat kendor, bayangin aja dulu dia subur (ngga obesitas) terus tau2 hanya tinggal tulang. Setelah lebih dari 1 tahun, kami saat itu hanya ingin papi terlepas dari sakitnya dan kami rela asalkan papi tidak menderita lagi
Lalu pada akhirnya, setelah 22 bulan papi pun meninggalkan kami di rumah, di tengah keluarga. 4 hari setelah hari ulang tahun saya, 26 hari sebelum hari pernikahan saya.
Memang saat mempersiapkan pernikahan, saya berpikir keras gimana cara bawa papi ke hotel, harus bawa kasur dekubitus, bawa tabung oksigen, bawa alat nebu, bawa alat suction, tetap jaga kesterilan ruangan, dll.
Mungkin, papi ngga mau ngerepotin saya yang sudah mau menikah waktu itu, makanya dia pergi sebelum saya menikah, lalu waktunya juga pas lagi. Kalo di tradisi saya, kita tidak boleh menikah kalau ada orang yang baru meninggal kurang dari 1 tahun, tapi kalau meninggalnya baru masih boleh. Sungguh Tuhan memberikan kekuatan dalam keadaan apapun.
---
Untuk kalian yang sedang berjuang bagi keluarganya yg mengalami sakit serupa, semangat ya.
Ini bukan perjalanan mudah, orang lain ngga akan tau betapa beratnya ini untuk kalian, tapi peristiwa ini akan mendekatkan kalian sekeluarga.
God bless you, really.