Sunday, October 9, 2016

Tantangan Psikologis Keluarga Pasien Koma


Banyak research yang sudah saya lakukan, juga cerita nyata yang saya baca mengenai pasien koma. Nyatanya, tidak banyak yang menceritakan secara rinci perjalanan orang tersebut/keluarganya dalam menghadapi kejadian itu. Sesungguhnya, keluarga pasien yang koma membutuhkan dukungan psikologis yang amat besar. Dalam kasus saya, terutama adalah mami saya. Semangat terus ya mam!

dalam website www.stroke.org, ada section khusus untuk penderita stroke, keluarga dan perawat pasien stroke, cerita-cerita mengenai penderita stroke yang berhasil selamat. sungguh motivasi untuk saya.

cerita kali ini, saya akan buat dari sudut pandang saya sebagai keluarga dari pasien stroke yaitu papi saya sendiri.

Menjadi bagian dari perjalanan hidup papi saya yang sedang koma tidaklah mudah. Hingga saat ini saya masih sering bilang ke adik saya dan orang-orang terdekat saya, "aku berharap ini semua mimpi. dan saat aku bangun, aku akan bersyukur bahwa ini hanya mimpi buruk." berkali-kali aku berharap ini hanya mimpi. nyatanya ini benar-benar terjadi. Nyatanya, rumahku terasa berbeda karena papi dirawat di rumah sakit. Nyatanya, setiap hari mobil papi ada di garasi rumah, dan baju papi sudah lama tidak ada di bakul hasil setrikaan. Nyatanya sekeras apapun aku berharap ini hanya mimpi, aku harus menghadapinya, menjalaninya dan menerimanya.

Saat berdoa, aku ucapkan terima kasih kepada Tuhan telah memberikan teguran dan pelajaran melalui kejadian dimana papi sakit dan tidak sadarkan diri. mungkin ini saatnya kami belajar untuk menjadi keluarga yang lebih solid dan lebih menghargai papi. mungkin ini teguran untuk saya agar tidak menunda membahagiakan papi dan mami. saya berdoa semoga pelajaran ini sudah cukup kami terima. namun, mungkin pelajaran belum selesai. Bagaimanapun, aku yakin suatu hari pelajaran ini akan selesai dan meninggalkan banyak sekali pengalaman yang memperkaya hidup kami. aku membuat tulisan agar aku bisa ingat detail setiap harinya selama papi koma, untuk kelak aku ceritakan padanya saat papi sudah sadar.

Menjadi keluarga dari pasien koma, saya merasa tidak stabil. untungnya dalam pekerjaan sehari-hari saya bisa fokus dan bekerja seperti biasa. sejak dulu, saya memang tipe orang yang harus mengalihkan pikiran dan mencari pelarian kepada kesibukan saat hati dan pikiran sedang galau. tapi, saat saya berkunjung ke rumah sakit setiap harinya, ada hari-hari dimana saya merasa gembira dan bersyukur masih bisa melihat papi. gembira melihat papi menggerakan jarinya atau membuka matanya meski belum merespon. ada hari-hari dimana saya bertanya kenapa papi saya yang mengalaminya? hari dimana saya memilih tidak mengunci kesedihan saya dan mengalirkannya lewat mata.

Hingga saat ini, saya, adik saya dan mami masih sering tidur bertiga sejak papi dirawat. karena rasanya lebih bisa tidur nyenyak jika kita bersama. saat kita bercerita mengenai kenangan bersama papi dan setiap kita berdoa bersama, kita menjadi lebih kuat menjalani kenyataan ini.

saya sungguh berterima kasih banyak atas dukungan dari teman-teman, kerabat dan keluarga yang sering menanyakan kabar papi saya melalui pesan singkat. dan ada juga teman-teman yang biasanya tidak pernah kontak yang sepertinya cuma penasaran karena sekedar bertanya melalui facebook/line "kenapa papanya Kal?" lalu ketika kujawab, tidak dijawab lagi. ini bukannya kelewat sensitif, namun aku jadi percaya dengan kata bijak "ada orang di dunia ini yang benar-benar peduli dan ada orang di dunia ini yang hanya ingin tahu." untuk teman-teman yang sudah peduli, sungguh terima kasih banyak. support sekecil apapun benar-benar membuat perasaan saya lebih baik terutama di hari-hari berat.

perasaan aku di hari pertama papi koma, dengan di hari ke hampir 6 minggu papi koma tentu berbeda. aku tidak berharap orang lain mengalaminya. lama kelamaan manusia mulai putus asa, aku akui terkadang aku begitu. tapi aku masih punya harapan tinggi untuk papi. kalau bukan kami keluarganya yang selalu menguatkan, siapa lagi? aku yakin papi juga sedang berusaha untuk bangun.

2 minggu pertama saat papi koma, aku, mami, koko beberapa kali bertanya kepada dokter kapan papi sadar. dokter tidak bisa menjawab. "tidak ada yang bisa memastikan kapan pasien koma bisa bangun, Bu. semua tergantung keadaan pasien. banyak berdoa ya Bu." kata doker pada saya dan mami. sejak saat itu aku tidak bertanya lagi meski mami kadang-kadang suka bertanya. aku tahu mami mungkin tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan mami pasti tau meski bertanya lagi ke dokter, jawabannya akan tetap sama.

awal-awal papi koma, aku benar-benar sedih harus bisa menangkap raut muka dokter saat ingin menyampaikan kondisi papi. saat papi di ICU, setiap hari ada beberapa dokter berkunjung untuk observasi seperti dokter jantung, dokter saraf, dokter paru-paru, dokter internis, dokter gizi dan lain-lainnya.

lalu pembicaraan seperti ini akan selalu ada di awal-awal papi koma.
saya: "dok bagaimana kondisi papi saya?"
dokter: (menundukan kepala, matanya terlihat stress, gerak geriknya terlihat sedang menata kata-kata agar terlihat lembut dan tidak segera membuat down saya)
namun saya bisa melihat itu semua dan dengan segera tau bahwa hasilnya kurang baik.

saya akui, sekarang kami sekeluarga lebih tabah saat mendengar hasil observasi dokter.

"Berdoa saja Bu." adalah kata-kata yang paling sering aku dengar dari para dokter.
sudah dok, sudah! tiada hari luput tanpa berdoa. semoga doa-doa kami didengar yah.

momen-momen penguatan selalu ada. saya paling suka mendengar cerita dari orang-orang yang keluarganya pernah koma beberapa waktu dan kemudian sadar. ini cerita favorit saya. ada cerita favorit dari seorang tokoh Buddhis yang merupakan motivator yang lumayan terkenal. suami ibu ini kena kanker otak, koma, dan dokter menyatakan tidak ada harapan. dengan kekuatan doa dari ibu ini dan kepasrahan, suami ibu ini akhirnya bangun dari koma dan menjadi benar-benar sehat. ibu ini dan suaminya sengaja datang ke rumah sakit tempat papi saya di rawat untuk menceritakan ini ke keluarga kami setelah sebelumnya membaca status di facebook mami saya. sungguh kebahagiaan bisa mendengar cerita ini.

apakah papi saya akan menjadi salah satu orang beruntung yang sadar dari koma? itu masih menjadi unsolved question bagi saya. saat itu terjadi, saya akan beritahu seluruh dunia.

[to be continued]

No comments:

Post a Comment